"Suatu hari nanti, langkah kakiku tak akan lagi bisa menyamai punyamu. Aku akan jauh tertinggal di belakang dan hanya mampu menatap punggungmu. Aku tak akan lagi menjadi pulangmu, di mana dekapku pernah begitu kau eluh-eluhkan. Aku tak akan lagi menjadi penopangmu karena kedua kakimu telah mampu membawamu keliling dunia mengejar mimpi-mimpimu."
"Mungkin akan tiba saatnya, hadirku menjemukan bagimu karena hanya menambah beban hidupmu. Segala kebutuhanku akan kau nomor seribukan atau bahkan sama sekali tak kau pikirkan."
"Berlarilah, terbanglah, apapun maumu untuk mengejar impianmu, lakukanlah. Aku merestuimu. Di sepanjang jalan yang kau tapaki tersemat doa-doaku yang mungkin tak lagi kau pinta."
"Di sepanjang jalanku, engkau adalah anugerah yang tak ada habis kusyukuri keberadaannya."
Lalu aku menjawab ucapanmu
"Ibuku yang cantiknya tak terkalahkan bidadari. Usiamu mungkin akan beranjak tua dan langkah kakimu akan semakin lambat mengejarku. Punggungku yang kau lihat itu masih sama dengan punggung yang kau usap setiap kali aku ingin tidur.
Duduklah jika ibu tak mampu mengejarku, tidurlah jika ibu tak mampu menopangku."
"Jika aku memang pergi menjauh, tunggulah aku. Kamu tetaplah pulangku yang paling nyaman meskipun seribu rumah telah aku ketuk pintunya. Dekapanmu ibu, bisa melenyapkan ribuan perang di kepalaku.
"Selalu doakan aku bu, karena doa-doa ibu yang paling didengarkan Allah. Restuilah langkahku bu, karena ridho Allah tercermin dalam restumu."
"Ibu, salah satu hal yang aku syukuri dalam hidupku adalah pernah terlahir dari rahimmu."
"Ibu, Aku akan pulang. Suatu hari nanti kepada rumahku yang nyaman. Tunggulah aku."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar