Rabu, 03 Agustus 2016

Kisah Lucu

Aku mencintai setiap jengkal tubuhmu. Meski perutmu kian membuncit atau kulitmu yang makin lusuh. Aku tahu rayuanku basi di telingamu, namun adakah cara lain untuk menghibur dukamu?

Aku ceritakan kisah lucu, bagaimana?

Kala itu, ketika hari beranjak sore. Birunya langit semakin memudar. Mungkin ia malu kau pandangi sehingga warnanya berubah jingga. Aku memperhatikanmu dari balik jendela. Melihat kau termangu menatap senja dari teras rumah kita.
Aku tak mau mengganggu kesakralanmu itu.
Dalam hidupmu senja adalah cinta sejatimu. Meskipun bukan cinta pertamamu namun senja telah mampu membuatmu jatuh dalam cinta.
Tuhan mungkin sedang bercanda waktu menuliskan takdir itu, Ia membuat seseorang jatuh cinta tanpa diikuti kesempatan untuk memilikinya. Namun, apa yang bisa kau lakukan selain menjalani takdir yang lucu ini. Kau menjumpai senja setiap hari, menatapnya tanpa bisa memiliki.
Senja telah pulang, langit kini telah gelap. Kau berjalan menuju dapur. Di sana aku sedang sibuk membuatkanmu secangkir kopi. Tanganmu melingkar di pinggulku, kau menciumi aroma rambutku perlahan dan dalam.
"Hei sayang, Senja sudah pulang?"
"Iya"
Ada hening di antara percakapan kita.
"Aku mencintaimu."
Aku tahu ada yang ingin kau yakinkan dalam ucapanmu barusan. Aku tahu keraguanmu berusaha kau singkirkan.
Aku memutar tubuhku, melihat bola matamu, rasanya aku tak mau mempedulikan lagi semua keraguanmu itu. Lelaki ini milikku, atau paling tidak tubuhnya adalah milikku. Aku menciumimu, memasrahkan semua tubuhku padamu dan mengabaikan semua keraguanmu.

Lelakiku ini mencintai senja sepanjang hidupnya meskipun tahu tak akan pernah bisa memilikinya. Ia hanya mampu menatapnya di waktu tertentu. Dan aku,  wanita yang sedang dicumbunya ini hanyalah memiliki sisa cintanya tak lebih dari ujung jari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar