Hidup tak pernah ada ujung dan pangkalnya.
Keluarga yang bahagia, bersama-sama setiap waktu. Jika kalian adalah salah satunya, maka aku bukanlah termasuk di dalamnya. Bapak dan Ibuku tidak tinggal dalam satu atap. Ya, mereka tinggal secara terpisah, bukan karena mereka bercerai tapi karena Bapakku diberi rejeki yang jauh dari rumah. Bapakku bekerja di Jakarta sedangkan aku dan Ibuku memutuskan untuk tetap tinggal di kota kecil bernama Sukoharjo. Keputusan yang sulit? Entahlah. Aku belum lahir ketika Ibu memutuskan untuk tetap tinggal di Sukoharjo meskipun waktu itu beliau memiliki kesempatan untuk pindah ke Jakarta.
Hidup tak pernah ada ujung dan pangkalnya. Kami tumbuh selayaknya keluarga biasa, rumah kecil, makanan tersedia, hidup sederhana dan semuanya berjalan baik-baik saja. Pertemuan dengan Bapak adalah harta yang berharga seingatku. Sebulan sekali dan itu hanya satu hari. Itupun jika Bapak tidak sedang dikirim untuk kerja di Medan. Meskipun jarang bertemu, Bapak tetap lelaki hebat di mataku. Makanan favoritku adalah nasi goreng buatan Bapak. Arsitek yang paling kukagumi adalah Bapak karena beliau mendesain rumah kami sendiri untuk setiap inchinya. Guru favoritku adalah Bapak karena apapun pelajaran sulit yang tidak bisa kukerjakan, beliau akan menyelesaikannya dengan baik. Menyesal untuk keputusan yang diambil kedua orang tuaku? Tidak. Aku percaya keputusan yang mereka ambil sudah melalui diskusi dan pertimbangan yang jauh dari apa yang bisa kami nalar.
Hidup tak pernah ada ujung dan pangkalnya. Sekarang, Tuhan mengganti setiap waktuku dan Bapak yang tak bisa bersama setiap hari. Kini aku bererja di Jakarta dan adikku juga bersekolah di sini. Sekarang Tuhan memberiku kesempatan untuk merawat Bapak. Memasak untuk beliau, mencuci baju beliau, membereskan tempat tidur beliau, apapun yang dulu tak pernah kulakukan untuk beliau. Sekarang Bapak diberi kesempatan untuk melihat kami, anak-anaknya, tumbuh setiap hari. Sekarang tak perlu menunggu sebulan sekali untuk minta dimasakkan nasi goreng, untuk mendiskusikan hal-hal baru yang belum aku pahami.
Dan,
Hidup tak pernah ada ujung dan pangkalnya.
Entah sampai kapan aku bisa merawat Bapak atau sebaliknya.
Aku bersyukur Tuhan memberiku kesempatan ini.
"Bapak, sekalipun surga tak berada di bawah telapak kakimu. Aku tetap menyayangimu.
Semoga segala kesehatan, kebahagian, keselamatan dan kemudahan selalu menyertai langkahmu.
Semoga gadis kecilmu ini bisa menjadi kebahagian dan kebanggaanmu."
"Bapak laper, masak nasi goreng dong."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar